Rabu, 07 Desember 2016

TAFSIR TARBAWI TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG METODE PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat dilihat dari Al Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Didalam Al Qur’an juga mencangkup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara tersirat maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.














BAB II
PEMBAHASAN

1.      Q.S An Nahl ayat 125

A.    Bunyi Ayat dan Terjemah

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS: An-Nahl Ayat: 125)[1]

B.     Makna Mufradat
1.         ادع الى سبيل ربك  : kata  ادع  tersebut menurut ibnu katsir mengandung arti perintah allah SWT kepada nabi muhammad SAW untuk mengajak makhluk (manusia), sedangkan kata الى سبيل ربك  mengandung arti kepada jalan rabbmu, yang dimaksud jalan tuhan tersebut iyalah     دين الإسلام  (agama islam).[2]
2.            با الحكمة  : menurut abil hasan kata bil hikmah tersebut mengandung dua tafsiran, yang pertama dengan al-qur’an dan yang kedua dengan kenabian (hadits).[3]
3.       وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ : kata mauidatil hasanati mengandung arti dan pelajaran yang baik, menurut syaikh ahmad showi kata mauidatil hasanah tersebut mengandung arti perkataan yang baik atau nasihat yang lembut.[4]
4.         وجادلهم بالتي هي أحسن  mengandung arti dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, seperti menyeru mereka untuk menyembah allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-NYA atau dengan hujjah-hujjah yang jelas.


C.    Makiyah atau Madaniyah
QS An Nahl ayat 125 terdiri atas 128 ayat termasuk surat Makiyah dinamai juga surah An Ni’am (Nikmat-nikmat)

D.    Asbabunnuzul
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut.
E.     Munasabah
Dalam ayat yang lalu, Allah SWT menerapkan tentang nabi ibrahim as sebagai pemimpin yang memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid dan penegak ketauhidan.
Kemudian Allah SWT menjelaskan perintahnya kepada nabi Muhammad saw agar mengikuti agama Ibrahim as dengan perantaraan wahyu-Nya. Maka dalam ayat-ayat ini, Allah SWT memberikan tuntutan kepada Nabi untuk mengajak manusia kepada agama tauhid, agama Nabi Ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah Arab, yahudi dan nasrani.[5]
F.     Kaitan Surah Dengan pendidikan
Rasulullah mengacu pada anjuran Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah sebagai berikut:
1.      Disampaikan dengan cara hikmah
Cara hikmah yang dimaksud disini,bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara yang bijak,filosofis, argumentatif,dilakukan dengan adil,penuh kesabaran dan ketabahan,sesuai dengan risalah nubuwwah dan ajaran al-qur’an.
2.      Dengan Mau’izah Hasanah
Dakwah dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara memberi bimbingan, pendidikan, pengajaran,bisa dengan cara memberikan kisah,berita gembira ataupun nasehat,dan peringatan,seorang yang berdakwah dengan cara ini tentunya harus menjiwai apa yang di utarakan lisannya,dan terbuka.[6] dengan kedua cara inilah Rasulullah telah mengajarkan kelemah lembutan yang beliau tunjukkan tak hanya kepada para sahabat dan orang-orang muslim. Namun juga tetap lemah lembut pada musuh yang akan membunuh beliau. Inilah ketinggian akhlak berdakwah Rasulullah yang mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-Qur’an.
3.      Dengan mujadalah ahsan(bantahan atau debat yang baik)
Dalam metode dakwah ini,rasulullah menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu agar mereka memiliki wawasan luas agar mampu melayani objek yang tidak atau kurang setuju dengan pendapat yang akan ia serukan,rasul tidak pernah mengundang kemarahan lawan serta tidak pernah menggunakan dalil atau hujjah yang tidak benar,yang baik adalah yang disampaikannya dengan sopan,serta menggunakan dalil atau wahyu yang kebenaranya diakui oleh lawan,maka dengan penyampaian yang baik dan argument yang benar beliau dapat membungkam lawan,maka dengan metode mujadalah ahsan seorang da’i dapat mengarah kan objek atau sasaran yang dihadapi menerima kebenaran.[7]







2.      Q.S Ali Imran ayat 159

1.      Bunyi Ayat dan Terjemah
3.      فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُوْا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَا وِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Q.S Ali Imran Ayat 159  ) [8]
2.      Makna Mufrodat
Secara etimologis, linta terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah lembut”, lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin diperuntukan bagi benda – benda yang bersifat hissi (materi), namun akhirnya digunakan untuk hal – hal yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti “kamu lemah lembut” ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat Allah, Rasulullah dapat memiliki sikap lemah lembut dan tidak kasar terhadap para pengikutnya (para sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam perang uhud, dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini menyebabkan kegagalan dipihak kaum muslimin. Dengan sikap ini, orang – orang yang ada di sekelilingnya tidak akan menjauh dan akan semakin semakin dekat dengannya.[9]
3.      Makiyah dan Madaiyah
      QS Ali Imran ayat 159 terdiri dari 200 ayat termasuk surah Madaniyah, Surah Al baqoroh dan Ali Imran disebut Az Zahrawan (Dua yang Cemerlang).

4.      Asbabunnuzul
       Sebab – sebab turunya ayat ini kepada Nabi Muhammad saw adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu Abbas ra menjelaskan bahwasanya setelah terjadinya perang Badar, Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar  ra dan Umar bin Khaththab ra untuk meminta pendapat meraka tentang para tawanan perang, Abu Bakar ra berpendapat, meraka sebaiknya dikembalikan kepada keluargannya dan keluargannya membayar tebusan. Namun, Umar ra berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang diperintah membunuh adalah keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan. Kemudian turunlah ayat ini sebagai dukungan atas Abu Bakar (HR. Kalabi).[10]
5.      Kaitan Dengan pendidikan
       QS. Ali ‘Imran dengan pendidikan khususnya bagi seorang pendidik yang mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan peserta didinya sesuai dengan fitah yang telah diberikan Allah kepada mereka.  Tanggung jawab ini harus di emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan dari pendidikan yaitu membentuk Insan kamil, menjadi hamba Allah yang selalu taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan menjadi manusia yang mempunyai wawasan keilmua yang tinggi sehingga bisa menjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.
       Diantara hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika melaksankankan kegiatan pembelajaran, adalah harus bersikap lemah lembut, menyenagkan untuk anak didiknya, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk memecahkan masalah. Jangan sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental, cepat marah, kasar, keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap – sikap itu akan membuat peserta didik jauh dan menjauhi sang pendidik dan tujun dari pendidikan kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.
        Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, pendidik juga harus melakukan diskusi dengan peserta didiknya, apa yang menjadi kendal mereka dalam pelajaran, apa yang menjadi keinginan mereka dalam proses pembelajaran misalnya dalam penggunaan metode atau pemberian tugas dan lain sebagainya. Jangan sampai pendidik itu menjadai orang yang otoriter tidak memrima masukan dari peserta didiknya, menganggap ia paling pintar dan paling tahu segalanya. Padahal Allah telah berfirman bahwasanya Allah memberikan kita akan ilmu itu hanyalah sedikit, bila diumpamakan denagn ilmu Allah ilmu kita itu bagaikan setetes air yang jatuh dari jarum yang kita masukan kesamudera yang luas. Manusia juga mempunyai kelebihan masing – masing ada yang mempunyai keahlian dibidang komputer, pertanian, mengajar, membaca al-Qur’an dan lain sebagainya.
         Kemudian ketika kita menemukan kesalahan dari peserta didik, kekurang mampuan dalam, menyerap pelajaran, bandel dan sebainya. Jangan lantas kita membeci mereka, memperlakukan mereka dengan kasar dan keras, menghukum mereka secara berlebihan atau bahkan mengatakan mereka dengan perkataan yang kotor. Karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan meimbulkan banyak masalah bagi pendidik itu sendiri lebih – lebih bagi peserta didik yang masih dalam tahap pembelajaran. Maafkanlah semua kesalahan mereka seraya menesehati mereka dengan lemah lembut, bukan berarti lemah lembut itu tidak tegas, tetapi lemah lembut dalam menasuhatinya denagan tutur kata yang baik dan tidak menyudutkan mereka, karena mereka adalah tanggung jawab pendidik dan seorang pendidik haru intropeksi diri.
       Setelah kita berusahan dengan keras melakukan pendidikan dengan memberikan arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada peserta didik, Sebagai seorang muslim, kita harus selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah. Keinginan, cita-cita, harapan, semuanya kita kembalikan kepada Allah. Tentu saja setelah usaha maksimal (tentu yang dibenarkan syara`), bermusyawah, berkonsultasi kepada para ahli, dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Ketawakkalan seseorang kepada Allah, adalah bukti kebenaran keimanan seorang hamba. Karena hanya kepada Allah kita bersandar. Karena Allah sangat menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
    C.Q.S Ibrahim ayat 24-25
1. Bunyi ayat dan terjemah
4.      أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (QS: Ibrahim Ayat: 24)



5.      تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim Ayat: 25)[11]
2.      Makna Mufrodat
        Kalimat tayyibah كلمة طيبة. Dari segi bahasa kalimat tayyibah artinya kalimat (ajaran) yang baik. Maksud ungkapan ini setidaknya terdapat dua macam pendapat: pertama, menurut pendapat Abdullah bin Abbas yang dimaksud kalimat tayibah  adalah kalimat tauhid, la ilaha illaha (tiada Tuhan kecuali Allah SWT) yang merupakan aspek ajaran Islam yang paling asasi. Kalimat inilah yang membedakan antara Islam dan bukan Islam. Kedua menurut Abdullah bin Umar, yang dimaksud kalimat tayyibah adalah Islam, agama yang ditrurunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang mengandung berbagai aspek ajaran, yang dalam ayat ini diumpamakan sebagai pohon yang indah (syajarah tayyibah). Kedua pendapat tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pendapat yang pertama dapat diterima karena kalimat tayyibah memang ajaran Allah yang tersarikan dalam kalimat la illaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT). Pendapat kedua juga dapat di terima, mengingat Islam merupakan agama lengkap dan sempurna di mana la illaha illallah merupakan prinsip ajaran yang paling mendasar.[12]
3.      Makiyah dan Madaiyah
      QS Ibrahim Ayat 24-25 terdiri atas 52 ayat, termasuk surah Makiyah ( Sebelum Rasulullah Hijrah)
4.      Asbabunnuzul
Berdasar satu riwayat yang menyatakan (‘Abdullah) putra ‘ Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah  pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim! “ Putra ‘Umar berkata: “Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan seketika Rasul SAW., tidak  mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) ‘Umar: ”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. “Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera berbicara.” ‘Umar ra. Berkata :”Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain.


5.      Munasabah
Setelah menggambarkan kerugian yang akan diperoleh kaumnya yang dzalim dan keuntungannya yang akan didapat oleh orang–orang yang beriman dan beramal saleh pada ayat-ayat yang lalu, maka dalam ayat ini Allah SWT memberikan perumpamaan tentang kebenaran dan kebatilan.[13]
6.      Kaitan Dengan pendidikan
Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajaran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.[14]















KESIMPULAN
Metode pendidikan Islam berangkat dari suatu pedoman bahwa sumber ilmu adalah Allah sendiri Pencipta alam semesta. Sedangkan ilmuan hanyalah penemu butiran-butiran ilmu dalam tatanan sistematik yang disebut manusia.
Pelaksanaan metode pendidikan Islam, yang dalam prakteknya banyak terjadi di antara pendidik dan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat yang luas, memberikan dampak yang besar terhadap kepribadian peserta didik.
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Isla, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
Metode mengajar dalam pendidikan Islam sebenarnya bisa megambil metode yang dipakai dalam pembelajaran umum asalkan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi, pemecahan masalah, simulasi dan permainan, sosio drama, dan kerja kelompok.











DAFTAR PUSTAKA
Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,Bairut: Darul fikri.
Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3, bairut: Darul kitab al-ulumiyah.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah.
(Banten: Penerbit Kalim.2011).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010).
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Jumanatul Ali
Art (JART), Bandung, 2015
Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an dan tafsirannya,yogjakarta: PT.
Dana Bhakti Wakaf, 1995.
M, Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana,2003).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2, Bairut: al hidayah.
http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses
tgl 11-10-2016




[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Jumanatul Ali-Art (JART), Bandung, 2015 h.224
[2] Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,Bairut: Darul fikri, h.592.
[3] Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3, bairut: Darul kitab al-ulumiyah, h.220.
[4] Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2, Bairut: al hidayah, h.333.
[5] Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an dan tafsirannya,yogjakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 500.

[6] M, Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana,2003).
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

[8] Departemen Agama RI, Op.Cit,H.56
[9] Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2, h. 240-241
[10] Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah. (Banten: Penerbit Kalim.2011), h. 72


[11] Departemen Agama RI, Op. Cit, H.206
[12] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),  hal.  143-144
[13] Departemen Agama RI, Op. Cit. h.144
[14]http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses tgl 11-10-2016