BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama
yang sempurna. Kesempurnaan Islam dapat dilihat dari Al Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Didalam Al
Qur’an juga mencangkup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara
tersirat maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada
dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran
(intruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep
pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Mengajar
merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai
pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Q.S
An Nahl ayat 125
A.
Bunyi
Ayat dan Terjemah
ادْعُ إِلَىٰ
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ
سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya : “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)[1]
B.
Makna
Mufradat
1.
ادع الى سبيل ربك : kata ادع tersebut menurut ibnu katsir mengandung
arti perintah allah SWT kepada nabi muhammad SAW untuk mengajak makhluk
(manusia), sedangkan kata الى سبيل ربك mengandung arti kepada jalan rabbmu,
yang dimaksud jalan tuhan tersebut iyalah دين الإسلام (agama islam).[2]
2.
با الحكمة : menurut abil hasan kata bil hikmah
tersebut mengandung dua tafsiran, yang pertama dengan al-qur’an dan yang
kedua dengan kenabian (hadits).[3]
3.
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ :
kata mauidatil hasanati mengandung arti dan pelajaran yang baik, menurut
syaikh ahmad showi kata mauidatil hasanah tersebut mengandung arti perkataan
yang baik atau nasihat yang lembut.[4]
4.
وجادلهم بالتي هي أحسن mengandung arti dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik, seperti menyeru mereka untuk menyembah allah dengan
menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-NYA atau dengan hujjah-hujjah
yang jelas.
C.
Makiyah
atau Madaniyah
QS An
Nahl ayat 125 terdiri atas 128 ayat termasuk surat Makiyah dinamai juga surah
An Ni’am (Nikmat-nikmat)
D.
Asbabunnuzul
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab
an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa
ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang
syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah. Al-Qurthubi
menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak
Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi
sebab turunnya ayat tersebut.
E.
Munasabah
Dalam
ayat yang lalu, Allah SWT menerapkan tentang nabi ibrahim as sebagai pemimpin
yang memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid dan penegak ketauhidan.
Kemudian
Allah SWT menjelaskan perintahnya kepada nabi Muhammad saw agar mengikuti agama
Ibrahim as dengan perantaraan wahyu-Nya. Maka dalam ayat-ayat ini, Allah SWT
memberikan tuntutan kepada Nabi untuk mengajak manusia kepada agama tauhid,
agama Nabi Ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah Arab, yahudi
dan nasrani.[5]
F.
Kaitan
Surah Dengan pendidikan
Rasulullah mengacu pada anjuran
Allah mengenai cara berdakwah yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat
125. Ayat ini mencakup beberapa metode dakwah sebagai berikut:
1. Disampaikan
dengan cara hikmah
Cara
hikmah yang dimaksud disini,bahwa dakwah bi al-hikmah pada intinya
merupakan penyeruan atau pengajakan dengan cara yang bijak,filosofis,
argumentatif,dilakukan dengan adil,penuh kesabaran dan ketabahan,sesuai dengan
risalah nubuwwah dan ajaran al-qur’an.
2. Dengan
Mau’izah Hasanah
Dakwah
dengan cara ini dapat dilakukan dengan cara memberi bimbingan, pendidikan,
pengajaran,bisa dengan cara memberikan kisah,berita gembira ataupun nasehat,dan
peringatan,seorang yang berdakwah dengan cara ini tentunya harus menjiwai apa
yang di utarakan lisannya,dan terbuka.[6]
dengan kedua cara inilah Rasulullah telah mengajarkan kelemah lembutan yang
beliau tunjukkan tak hanya kepada para sahabat dan orang-orang muslim. Namun
juga tetap lemah lembut pada musuh yang akan membunuh beliau. Inilah ketinggian
akhlak berdakwah Rasulullah yang mengacu pada anjuran hikmah dalam Al-Qur’an.
3. Dengan
mujadalah ahsan(bantahan atau debat yang baik)
Dalam metode dakwah ini,rasulullah
menyuruh umatnya untuk menuntut ilmu agar mereka memiliki wawasan luas agar
mampu melayani objek yang tidak atau kurang setuju dengan pendapat yang akan ia
serukan,rasul tidak pernah mengundang kemarahan lawan serta tidak pernah
menggunakan dalil atau hujjah yang tidak benar,yang baik adalah yang
disampaikannya dengan sopan,serta menggunakan dalil atau wahyu yang kebenaranya
diakui oleh lawan,maka dengan penyampaian yang baik dan argument yang benar
beliau dapat membungkam lawan,maka dengan metode mujadalah ahsan seorang
da’i dapat mengarah kan objek atau sasaran yang dihadapi menerima kebenaran.[7]
2.
Q.S
Ali Imran ayat 159
1.
Bunyi
Ayat dan Terjemah
3.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ
لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَا نْفَضُوْا مِنْ
حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَا وِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ المُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”
(Q.S Ali Imran Ayat 159 ) [8]
2.
Makna
Mufrodat
Secara etimologis, linta
terambil dari akar kata al-lin yang berarti “lemah lembut”, lawan
al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin
diperuntukan bagi benda – benda yang bersifat hissi (materi), namun
akhirnya digunakan untuk hal – hal yang maknawi seperti akhlak. Linta berarti
“kamu lemah lembut” ayat 159 ini menjelaskan, hanyalah karena rahmat Allah,
Rasulullah dapat memiliki sikap lemah lembut dan tidak kasar terhadap para
pengikutnya (para sahabat) meskipun mereka melakukan kesalahan dalam perang
uhud, dengan meninggalkan posisi yang strategis di atas bukit, hal ini
menyebabkan kegagalan dipihak kaum muslimin. Dengan sikap ini, orang – orang
yang ada di sekelilingnya tidak akan menjauh dan akan semakin semakin dekat
dengannya.[9]
3.
Makiyah dan
Madaiyah
QS Ali Imran ayat 159
terdiri dari 200 ayat termasuk surah Madaniyah, Surah Al baqoroh dan Ali Imran
disebut Az Zahrawan (Dua yang Cemerlang).
4.
Asbabunnuzul
Sebab – sebab turunya ayat ini kepada
Nabi Muhammad saw adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Ibnu
Abbas ra menjelaskan bahwasanya setelah terjadinya perang Badar, Rasulullah
mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar ra dan Umar bin Khaththab ra untuk
meminta pendapat meraka tentang para tawanan perang, Abu Bakar ra berpendapat,
meraka sebaiknya dikembalikan kepada keluargannya dan keluargannya membayar
tebusan. Namun, Umar ra berpendapat mereka sebaiknya dibunuh. Yang diperintah
membunuh adalah keluarganya. Rasulullah mesulitan dalam memutuskan. Kemudian
turunlah ayat ini sebagai dukungan atas Abu Bakar (HR. Kalabi).[10]
5.
Kaitan
Dengan pendidikan
QS. Ali ‘Imran
dengan pendidikan khususnya bagi seorang pendidik yang mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan peserta didinya
sesuai dengan fitah yang telah diberikan Allah kepada mereka. Tanggung
jawab ini harus di emban dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tujuan
dari pendidikan yaitu membentuk Insan kamil, menjadi hamba Allah yang
selalu taat, tunduk dan patuh kepada-Nya, dan menjadi manusia yang mempunyai
wawasan keilmua yang tinggi sehingga bisa menjadi orang yang bahagia dunia dan
akhirat.
Diantara hal
yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik ketika melaksankankan kegiatan
pembelajaran, adalah harus bersikap lemah lembut, menyenagkan untuk anak
didiknya, tidak membosankan, menjadi tempat untuk berlindung dan tempat untuk
memecahkan masalah. Jangan sampai menjadi seorang pendidik yang tempra mental,
cepat marah, kasar, keras hati, tidak mempedulikan peserta didiknya. Sikap –
sikap itu akan membuat peserta didik jauh dan menjauhi sang pendidik dan tujun
dari pendidikan kemungkinan besar akan susah untuk dicapai.
Dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan, pendidik juga harus melakukan diskusi dengan
peserta didiknya, apa yang menjadi kendal mereka dalam pelajaran, apa yang
menjadi keinginan mereka dalam proses pembelajaran misalnya dalam penggunaan
metode atau pemberian tugas dan lain sebagainya. Jangan sampai pendidik itu
menjadai orang yang otoriter tidak memrima masukan dari peserta didiknya,
menganggap ia paling pintar dan paling tahu segalanya. Padahal Allah telah
berfirman bahwasanya Allah memberikan kita akan ilmu itu hanyalah sedikit, bila
diumpamakan denagn ilmu Allah ilmu kita itu bagaikan setetes air yang jatuh
dari jarum yang kita masukan kesamudera yang luas. Manusia juga mempunyai
kelebihan masing – masing ada yang mempunyai keahlian dibidang komputer,
pertanian, mengajar, membaca al-Qur’an dan lain sebagainya.
Kemudian ketika
kita menemukan kesalahan dari peserta didik, kekurang mampuan dalam, menyerap
pelajaran, bandel dan sebainya. Jangan lantas kita membeci mereka,
memperlakukan mereka dengan kasar dan keras, menghukum mereka secara berlebihan
atau bahkan mengatakan mereka dengan perkataan yang kotor. Karena hal itu tidak
akan menyelesaikan masalah akan tetapi justru akan meimbulkan banyak masalah
bagi pendidik itu sendiri lebih – lebih bagi peserta didik yang masih dalam
tahap pembelajaran. Maafkanlah semua kesalahan mereka seraya menesehati mereka
dengan lemah lembut, bukan berarti lemah lembut itu tidak tegas, tetapi lemah
lembut dalam menasuhatinya denagan tutur kata yang baik dan tidak menyudutkan
mereka, karena mereka adalah tanggung jawab pendidik dan seorang pendidik haru
intropeksi diri.
Setelah kita berusahan dengan keras melakukan pendidikan dengan
memberikan arahan, bimbingan, wawasan pengetahuan kepada peserta didik, Sebagai
seorang muslim, kita harus selalu menyerahkan segala urusan kepada Allah.
Keinginan, cita-cita, harapan, semuanya kita kembalikan kepada Allah. Tentu
saja setelah usaha maksimal (tentu yang dibenarkan syara`), bermusyawah, berkonsultasi
kepada para ahli, dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Ketawakkalan seseorang
kepada Allah, adalah bukti kebenaran keimanan seorang hamba. Karena hanya
kepada Allah kita bersandar. Karena Allah sangat menyukai orang-orang yang
bertawakal kepada-Nya.
C.Q.S Ibrahim ayat 24-25
1.
Bunyi ayat dan terjemah
4.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا
فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (QS: Ibrahim Ayat: 24)
5. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ
بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُونَ
“Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim
Ayat: 25)[11]
2.
Makna
Mufrodat
Kalimat
tayyibah كلمة طيبة. Dari segi bahasa kalimat tayyibah artinya kalimat
(ajaran) yang baik. Maksud ungkapan ini setidaknya terdapat dua macam pendapat:
pertama, menurut pendapat Abdullah bin Abbas yang dimaksud kalimat tayibah adalah
kalimat tauhid, la ilaha illaha (tiada Tuhan kecuali Allah SWT) yang
merupakan aspek ajaran Islam yang paling asasi. Kalimat inilah yang membedakan
antara Islam dan bukan Islam. Kedua menurut Abdullah bin Umar, yang dimaksud
kalimat tayyibah adalah Islam, agama yang ditrurunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW yang mengandung berbagai aspek ajaran, yang dalam ayat ini
diumpamakan sebagai pohon yang indah (syajarah tayyibah). Kedua pendapat
tersebut tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Pendapat yang
pertama dapat diterima karena kalimat tayyibah memang ajaran Allah yang
tersarikan dalam kalimat la illaha illallah (tidak ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah SWT). Pendapat kedua juga dapat di terima, mengingat
Islam merupakan agama lengkap dan sempurna di mana la illaha illallah merupakan
prinsip ajaran yang paling mendasar.[12]
3.
Makiyah dan
Madaiyah
QS Ibrahim Ayat 24-25
terdiri atas 52 ayat, termasuk surah Makiyah ( Sebelum Rasulullah Hijrah)
4.
Asbabunnuzul
Berdasar satu riwayat yang menyatakan (‘Abdullah) putra ‘ Umar ra.
Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasulullah SAW., lalu
beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah pohon yang serupa
dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim! “ Putra ‘Umar
berkata: “Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi
aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan
seketika Rasul SAW., tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau
bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan
Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) ‘Umar: ”Hai Ayahku! Demi Allah telah
terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma. “Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak
menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka
aku pun segera berbicara.” ‘Umar ra. Berkata :”Seandainya engkau
menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari,
Muslim, at-Tirmidzi dan lain-lain.
5.
Munasabah
Setelah menggambarkan kerugian yang akan diperoleh kaumnya yang dzalim
dan keuntungannya yang akan didapat oleh orang–orang yang beriman dan beramal
saleh pada ayat-ayat yang lalu, maka dalam ayat ini Allah SWT memberikan
perumpamaan tentang kebenaran dan kebatilan.[13]
6.
Kaitan
Dengan pendidikan
Nilai
tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan
adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan
pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami
materi pelajaran
dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif.
Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh
menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah
thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami
pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan
kehidupan di dunia ini.[14]
KESIMPULAN
Metode pendidikan Islam berangkat
dari suatu pedoman bahwa sumber ilmu adalah Allah sendiri Pencipta alam
semesta. Sedangkan ilmuan hanyalah penemu butiran-butiran ilmu dalam tatanan
sistematik yang disebut manusia.
Pelaksanaan metode pendidikan Islam,
yang dalam prakteknya banyak terjadi di antara pendidik dan peserta didik dalam
kehidupan bermasyarakat yang luas, memberikan dampak yang besar terhadap
kepribadian peserta didik.
Dalam penggunaan metode pendidikan
Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami
hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Isla, yaitu
terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada
Allah SWT.
Metode mengajar dalam pendidikan
Islam sebenarnya bisa megambil metode yang dipakai dalam pembelajaran umum
asalkan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadist. Metode-metode tersebut
diantaranya adalah metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, demonstrasi, pemecahan
masalah, simulasi dan permainan, sosio drama, dan kerja kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Abi al-fida’
ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,Bairut: Darul fikri.
Abil hasan, Tafsir
al-mawardi juz 3, bairut: Darul kitab al-ulumiyah.
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al-
Hidayah.
(Banten:
Penerbit Kalim.2011).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi,
2010).
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit
Jumanatul Ali
Art (JART), Bandung, 2015
Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an
dan tafsirannya,yogjakarta: PT.
Dana Bhakti
Wakaf, 1995.
M, Munir, Metode
Dakwah, (Jakarta: Kencana,2003).
M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Syaikh ahmad
showi, Tafsir jalalain juz 2, Bairut: al hidayah.
http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses
tgl 11-10-2016
[1]
Departemen
Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, CV Penerbit Jumanatul Ali-Art (JART),
Bandung, 2015 h.224
[2] Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz
2,Bairut: Darul fikri, h.592.
[3]
Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3,
bairut: Darul kitab al-ulumiyah, h.220.
[4]
Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2,
Bairut: al hidayah, h.333.
[5] Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an
dan tafsirannya,yogjakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 500.
[7]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002).
[8]
Departemen
Agama RI, Op.Cit,H.56
[9]
Abu Bakar Jabir
Al-Jazairi, Tafsir alqur’an al-aisar, jilid 2,
h. 240-241
[10]
Departemen Agama RI. Al-Qur’an
Tafsir Per Kata Tajwid kode Angka Al- Hidayah. (Banten: Penerbit
Kalim.2011), h. 72
[11]
Departemen
Agama RI, Op. Cit, H.206
[12] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Tafsirannya jilid V, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hal.
143-144
[13]
Departemen
Agama RI, Op. Cit. h.144
[14]http://czifa24.blogspot.com/2012/12/tafsir-tarbawy-metode-pendidikan.html diakses tgl 11-10-2016